Senin, 12 April 2010

Memahami Yohanes Bab 13:21-30

Yesus memperingatkan Yudas

13:21 Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." 13:22 Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya. 13:23 Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya. 13:24 Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!" 13:25 Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu?"
13:26 Jawab Yesus: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya." Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. 13:27 Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." 13:28 Tetapi tidak ada seorangpun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas. 13:29 Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. 13:30 Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.


Dalam pemahaman penulis, sepertinya Tuhan Yesus berbicara terbuka bahwa akan ada yang mengkhianati-Nya. Namun siapakah yang akan berbuat seperti itu tidak disampaikan secara terbuka. Mungkin hanya Yohanes saja yang tahu pada waktu itu, walaupun juga masih bertanya-tanya. Hal tersebut bisa dimaklumi karena peristiwa pada waktu itu belum terjadi. Kita bisa berandai-andai karena kita sudah membaca atau mendengar kejadian dua ribu tahun yang lalu.

Kelihatannya Tuhan Yesus tidak berubah raut wajah-Nya, seperti tidak akan terjadi apa-apa. Namun bisa jadi bahwa sebenarnya Tuhan Yesus begitu bersedih karena hal tersebut memang harus terjadi. Hal tersebut harus terjadi sesuai nas yang sudah dinubuatkan. Dan peran tersebut harus ada aktornya, yang kebetulan bernama Yudas Iskariot. Dari duabelas rasul terpilih, ada satu orang yang kemudian menjual Dia kepada musuh-musuh-Nya. Mungkin Yudas Iskariot mengharapkan bahwa gurunya akan menjadi pemimpin bangsa Israel dan dia bisa menjadi bendahara negara. Namun dalam kenyataannya Tuhan Yesus tidak tertarik untuk menjadi raja dunia. Tuhan Yesus lebih menekankan perlunya semua orang kembali ke jalan kebenaran. Untuk itu Dia siap berkorban demi semua manusia agar terjadi keselamatan, dimana Dia akan meraja di sorga.

Sedikit banyak hal tersebut membuat kecewa karena tidak sesuai harapan. Mimpi yang sudah dibayangkan begitu indah, ternyata bertolak belakang. Dalam keadaan gundah gulana, koq ada tawaran dari para imam bahwa mereka ingin bertemu langsung. Yang bisa membujuk atau mungkin saja menjadi penunjuk dimana Tuhan Yesus tinggal, salah satunya ya Yudas Iskariot. Tawaran dengan iming-iming uang kepada seorang bendaharawan kecil, mungkin membuat silau karena campur tangan Iblis. Mungkin dalam benak Yudas Iskariot tidak terpikir sampai kepada penganiayan bahkan kematian. Mungkin hanya ingin mempertemukan gurunya dengan para imam kepala. Para imam pasti pandai memainkan bahasa untuk mempengaruhi Yudas Iskariot, entah bahasa tipu daya atau bahasa yang masuk akal. Rasanya mereka tidak mungkin mengungkapkan dengan bahasa terang ingin menangkap Tuhan Yesus dan akan dihukum mati. Yudas Iskariot sudah berkumpul sekian lama dan mestinya tahu bahwa Gurunya seorang yang baik, tidak pernah berbuat kesalahan. Dia sangat peduli kepada masyarakat yang menderita, yang membutuhkan pertolongan. Yudas Iskariot sendiri bahkan yang membawa pundi-pundi untuk segala macam keperluan sehari-hari, termasuk untuk membantu orang-orang miskin.

Kekecewaan kepada pemimpin karena tidak sesuai dengan yang diharapkan, bisa membuat seseorang mbalela. Masih mendingan apabila tidak sampai keluar dan cukup disimpan dalam hati. Akan sangat berdampak jika yang bersangkutan keluar dari kelompok tersebut dan bergabung dengan kelompok lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai seseorang yang merasa tidak cocok dengan pastor parokinya. Kemudian mengikuti misa kudus di paroki lain dan itu dianggap solusi terbaik. Kita bisa membayangkan bahwa ganjalan hati yang dikantongi sebenarnya belum hilang. Repotnya, jika orang tersebut di tempat lain menyebarkan issue atau gosip yang umumnya negatif. Secara tidak langsung mencari teman agar berpihak kepadanya, paling tidak mau mendengarkan keluhannya. Tanpa disadari, sebenarnya kasih sudah mulai meluntur secara pelan-pelan. Iblis mungkin tersenyum bahkan tertawa.

Dalam pemahaman penulis, Yudas Iskariot kemudian pergi setelah menerima roti dari Tuhan Yesus. Upacara Paskah adat Yahudi dianggap sudah selesai, maka acara selanjutnya paling berbincang-bincang seperti biasanya. Perkataan Tuhan Yesus adalah saat tepat untuk pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar