Senin, 05 April 2010

Memahami Yohanes Bab 11:45-57

Persepakatan untuk membunuh Yesus

11:45. Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. 11:46 Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. 11:47 Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. 11:48 Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita."
11:49 Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa, 11:50 dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa." 11:51 Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, 11:52 dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. 11:53 Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. 11:54 Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya.
11:55 Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. 11:56 Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?" 11:57 Sementara itu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi telah memberikan perintah supaya setiap orang yang tahu di mana Dia berada memberitahukannya, agar mereka dapat menangkap Dia.


Kehadiran Tuhan Yesus yang penuh dengan mukjizat nyatanya membuat kawatir sebagaian orang Yahudi. Dan orang-orang tersebut termasuk golongan kelompok elite, khususnya di bidang agama Yahudi. Mereka begitu cemas akan keber-ada-an Tuhan Yesus yang bisa menjadi pesaing dan sulit untuk dikalahkan. Kemungkinan besar mereka berkumpul bersama dan membuat beberapa skenario agar bisa menangkap Tuhan Yesus.

Kita bisa berandai-andai apabila Tuhan Yesus dibiarkan dan bebas mengajar. Jangan-jangan akan semakin banyak orang akan percaya kepada-Nya. Kemudian Dia dikultuskan dan diangkat menjadi pemimpin baru. Mungkin malah dipaksa untuk menjadi pemimpin agama maupun pemimpin pemerintahan. Ujung-ujungnya diminta untuk menjadi pemimpin pemberontakan terhadap penjajah Romawi. Para pemuka agama pada waktu itu bisa kehilangan umat, yang selama ini bisa memberikan keuntungan.

Kayafas sebagai imam besar pada waktu itu mungkin memberikan argumentasi yang bisa diterima oleh akal. Kekuatan Romawi pada waktu itu bukan main hebatnya, yang tidak bisa dianggap remeh oleh siapapun. Jika terjadi pemberontakan, pasti banyak jiwa akan melayang. Kemungkin kecil untuk bisa mengalahkan tentara Romawi, dan dampaknya pasti kesengsaraan akan dialami oleh bangsa Israel. Lebih baik kehilangan satu orang dari pada bangsa yang besar binasa. Itulah nubuat Kayafas tentang Tuhan Yesus menurut Yohanes Penginjil.

Mungkin kita bisa merasakan kekawatiran para golongan elit ini. Mereka akan kalah pamor dengan orang biasa yang sederhana, namun dielu-elukan rakyat. Kekuatan rakyat yang percaya kepada-Nya tidak bisa diabaikan begitu saja. Dalam kekawatiran yang hebat maka kebeningan hati akan menguap, digantikan oleh kegelapan yang pekat. Mereka tidak bisa lagi merasakan mujizat yang begitu luar biasa, karena dari awal yang terbersit memang hanya penolakan. Pokoknya tidak suka, ya tidak suka, titik. Pokoknya inilah yang membutakan mata hati sehingga hanya kegelapan saja yang dilihat.

Yang menjadi pertanyaan penulis, sebagai orang-orang ahli dalam bidang agama Yahudi, mengapa mereka begitu kawatir. Apakah yang namanya pimpinan tidak bisa berbuat keliru? Apabila keliru, apakah juga harus selalu dituruti dan diikuti? Apakah konsep tidak pernah keliru itu berlaku untuk semua pimpinan agama?

Mungkin kita bisa bersepakat bahwa yang namanya benci dan iri dengki bisa membutakan akal sehat. Mungkin kebencian bisa kita sebut sebagai dosa pokok, karena berseberangan langsung dengan sepuluh perintah Allah. Paling tidak, kita diajar untuk merubah kebencian kita menjadi benih-benih cinta kasih. Kebencian muncul dan tumbuh dalam diri kita karena ketidak tahuan kita tentang yang kita benci.

Penulis masih membayangkan bahwa sebenarnya masih banyak rakyat biasa yang rindu akan kehadiran Tuhan Yesus di Yerusalem pada waktu hari raya Paskah Yahudi. Kehadiran Tuhan Yesus mau tidak mau memberikan warna dan aroma tersendiri. Penulis merasakan bahwa mereka sudah lama sekali mendambakan seseorang yang bisa memberikan pencerahan. Para pejabat agama yang ada sudah tidak lagi memberikan greget yang diharapkan. Walaupun mereka mengakui keberadaan para ahli tersebut, namun mereka tidak bisa memberikan kepuasan rohani yang sedang haus. Kehausan tersebut malah diperoleh dari orang biasa dan sederhana, yang bernama Yesus dari Nazaret.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar