Senin, 05 April 2010

Memahami Yohanes Bab 11:1-44

Lazarus dibangkitkan

11:1. Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. 11:2 Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. 11:3 Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit." 11:4 Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." 11:5 Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus.
11:6 Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; 11:7 tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Mari kita kembali lagi ke Yudea." 11:8 Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?" 11:9 Jawab Yesus: "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. 11:10 Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya."
11:11 Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya." 11:12 Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh." 11:13 Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. 11:14 Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati; 11:15 tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya." 11:16 Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia."

11:17. Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. 11:18 Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya. 11:19 Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. 11:20 Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. 11:21 Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. 11:22 Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." 11:23 Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit." 11:24 Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman." 11:25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, 11:26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" 11:27 Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."
11:28 Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau." 11:29 Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus. 11:30 Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia. 11:31 Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ. 11:32 Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."

11:33. Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: 11:34 "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!" 11:35 Maka menangislah Yesus. 11:36 Kata orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!" 11:37 Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?" 11:38 Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. 11:39 Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." 11:40 Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?"
11:41 Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. 11:42 Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."
11:43 Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" 11:44 Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."


Memang Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya sedikit demi sedikit. Iman kepercayaan kepada kuasa Allah memang memerlukan proses. Mungkin semua orang percaya akan adanya Allah yang Mahakuasa. Namun untuk betul-betul bisa memuliakan Dia, kelihatannya perlu suatu sentuhan khusus yang berasal dari Tuhan sendiri. Penulis merasa yakin bahwa sebenarnya Tuhan selalu menyentuh kita, hanya kita saja yang sering kurang perhatian. Bukan kita yang memilih, tetapi Dialah yang memilih kita.

Memuliakan Allah bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, selama cara tersebut tidak bertentangan dengan pokok ajaran yang diberikan kepada manusia ini. Roh yang seperti angin bisa bergerak, bergulung, menghembus sepoi-poi, bahkan menghempaskan. Sering kita mengomentari bagaimana angin bisa menjadi sahabat yang begitu dekat, namun juga bisa menjadi musuh yang ditakuti kalau sedang memperlihatkan murkanya. Demikian juga halnya dengan air dan api yang bisa menjadi kawan, namun bisa juga menjadi lawan.

Rasanya hampir tidak begitu berbeda, bagaimana kita sering mengatakan bahwa Allah begitu dekat namun sekaligus begitu jauh. Kita begitu gentar dan menganggap bahwa murka Allah sedang terjadi apabila bencana melanda kita. Pertanyaannya, bagaimana caranya agar angin, air dan api, demikan juga Allah selalu dekat dan bersahabat dengan kita.

Kita mungkin bisa membayangkan bagaimana seseorang yang telah wafat akan dikuburkan, sesuai budaya yang berlaku di tempat tersebut. Tubuh yang fana tersebut akan hancur bagaikan debu, menyatu kembali dengan tanah. Ia bagaikan diasingkan, dipisahkan dengan yang masih hidup dan disemayamkan ditempat orang-orang yang sudah mati. Yang tertinggal hanya kenangan sewaktu yang bersangkutan masih hidup, apakah kebaikannya ataupun kejahatannya.

Mungkin kita juga bisa membayangkan bagaimana Lazarus dibaringkan di dalam gua buatan dan kemudian gua tersebut ditutup dengan batu. Pada saatnya tubuh Lazarus pasti akan hancur menjadi debu tak berbekas, menyatu dengan bumi. Proses kehancurannya akan disertai dengan bau bangkai yang menyengat apabila di tempat terbuka.

Secara nalar pada umumnya, bisa dibayangkan apabila kubur Lazarus dibuka setelah empat hari. Mungkin hanya karena misteri Allah saja apabila yang tercium bau harum dan tubuh tersebut masih utuh bagikan orang tidur.

Kehebatan Sang Guru tidak perlu diragukan lagi, namun untuk percaya seratus prosen akan keillahian-Nya masih memerlukan mukjizat yang menakjubkan. Menyembuhkan, memelekkan mata buta, memeberi makan banyak orang maupun berjalan di atas air sudah disaksikan. Sekarang para murid diajak untuk melihat sendiri bagaimana Sang Guru membangkitkan Lazarus yang sudah mati empat hari. Keluarga Maria dari Betania mempercayai bahwa Tuhan Yesus betul-betul Mesias yang pernah dijanjikan. Mungkin baru Petrus dan Marta yang berani mengungkapkan bahwa Sang Guru adalah Kristus, Mesias yang ditunggu-tunggu. Namun masih ada juga secercah keraguan yang bisa dimaklumi, apakah orang mati bisa hidup lagi. Roh yang bangkit setelah kematian badan bisa diterima dan diimani. Tubuh yang sudah ditinggalkan oleh roh karena kematian bisa bangkit lagi, rasanya belum pernah ada cerita. Empat hari bukanlah mati suri, yang diperkirakan tubuhnya sudah mulai membusuk.

Dialah kebangkitan dan hidup. Tubuh daging ini bisa mati jika tidak ada yang menghidupi. Manusia akan mati jika kehabisan air dan darah, demikian juga manusia juga mati apabila tidak ada jiwa. Mungkin kita pernah mendengar bagaimana Tuhan Yesus mengatakan :”Biarlah orang mati menguburkan orang mati.” Hati, jiwa dan akalbudi dalam pandangan Allah dianggap mati, walaupun kelihatannya masih hidup di dunia ini. Dalam pandangan Tuhan, badan boleh mati namun jiwa akan tetap hidup, keluar dari tubuhnya. Pertanyaannya tinggal hidup yang bagaimana. Yang percaya kepada-Nya maka jiwa tersebut akan dibangkitkan dan hidup. Hidup mulia tanpa ada siksa karena bersama Dia.

Mungkin kita juga bisa membayangkan bagaimana Tuhan Yesus berbicara kepada Allah Bapa. Dia menengadah ke atas yang bisa kita bayangkan sedang memandang ke surga dimana Allah Bapa bertahta. Bukan melihat ke bumi dimana kita tinggal, tetapi ke atas sana yang tidak kelihatan. Mungkin kita ingat dengan doa Bapa kita yang ada di surga.

Dia berbicara yang bisa didengarkan oleh orang bayak, agar semua orang percaya bahwa Allah Bapa sendiri yang telah mengutusnya. Dan kuasa Allah Bapa berada di dalam Dia. Apapun yang Dia kehendaki pasti terjadi, dan itu dibuktikan di hadapan banyak orang.

Penulis merasa yakin bahwa kejadian ini pasti menimbulkan geger yang menjadi berita di antara mereka. Mujizat menghidupkan orang yang telah mati selama empat hari. Yang empunya hidup berkuasa untuk mengembalikan roh seseorang ke dalam raganya dan bangkit kembali dari kematian. Thomas dengan pemikiran duniawinya, menganggap bahwa Tuhan Yesus juga siap mati di Yudea. Dan hebatnya Thomaspun siap mati bersama Sang Guru, apabila sampai di Yudea akan dilempari batu oleh masyarakat sana.

Dalam pemahaman penulis, Tuhan Yesus benar-benar dipermuliakan karena telah mengalahkan kematian. Banyak orang mulai percaya bahwa Dialah Mesias, Anak Manusia yang diurapi oleh Allah Bapa. Dialah utusan Allah yang ditunggu-tunggu, yang mungkin agak membikin bingung koq kehadiran-Nya hanya sebagai orang biasa dan sederhana. Dan itulah kehendak Allah yang maha segalanya, termasuk misterinya supaya kita bisa merenungkan sesuai selera kita.

Memang, sering kali kita terjebak oleh keterbatasan kita yang mengharapkan kedatangan Tamu Agung, mestinya dengan segala kemegahannya. Paling tidak dari penampilan maupun uba-rampe yang menyertainya. Kita akan kaget apabila tidak seperti yang kita pikirkan. Jangan-jangan akan semakin kaget menyaksikan makanan yang dipilih malah yang sederhana kelas jajanan kampung. Padahal kita sudah berupaya menyiapkan makanan yang enak-enak menurut pandangan kita.

Lazarus keluar dari kubur dalam keadaan masih terikat kain kapan dan tertutup kain peluh. Tuhan Yesus menyuruh membuka kain-kain tersebut. Mungkin hal ini suatu makna yang menggambarkan bahwa orang mati masih diselubungi oleh belenggu dosa. Dosa karena perbuatan melalui tubuh kita. Melalui kebangkitan, maka semua ikatan yang membelenggu kita akan dilepaskan.

Kita bisa membayangkan apabila kain kapan dan kain peluh dibuka, maka Lazarus akan telanjang bulat. Di hadapan Allah kita akan ditelanjangi, tidak ada embel-embel lain yang menutupi kita. Semuanya akan terlihat jelas oleh Sang Terang dan hal ini tidak ada hubungannya dengan malu, tidak sopan ataupun porno.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita juga tidak percaya akan kabar yang tersebar di masyarakat. Kita baru bisa percaya benar setelah menyaksikan sendiri. Namun anehnya, tidak jarang juga kita malah percaya kabar bohong, gossip atau issue-issue yang tidak jelas. Kabar tidak jelas tersebut malah ikut kita sebarkan. Sering kita mengobrol dan berkomentar tentang kabar yang aneh-aneh tidak karuan. Si pembawa kabar sendiri merasa seolah-olah bahwa dialah yang menjadi pusat perhatian di arena ngobrol itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar