Rabu, 14 April 2010

Memahami Yohanes Bab 16:1-4

Bertekun

16:1. "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. 16:2 Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. 16:3 Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. 16:4 Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu."

Secara tidak langsung Tuhan Yesus sepertinya sudah bernubuat untuk para murid-Nya. Mereka akan mengalami penganiayaan bahkan pembunuhan karena menjadi saksi Kritus. Semuanya dikatakan agar mereka tidak kaget, namun menerima apapun yang akan terjadi dengan penuh sukacita. Mungkin mereka malah bisa bersyukur karena pintu sorga terbuka, dan mereka merindukan sekali untuk segera bisa bertemu dengan Sang Guru di alam kemuliaan.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita bercerita tentang seseorang yang kita anggap mempunyai kelebihan dan terkenal. Mungkin sedikit banyak ada rasa kebanggaan apabila kita pernah bertemu, mendapat senyumannya, bersalaman bahkan bisa photo bersama. Tidak kita pungkiri mungkin dengan penuh bangga kita akan bercerita bahwa kita sudah kenal dengan seseorang tersebut. Kita lupa bahwa jangan-jangan si public figure ini tidak mengenal kita dengan baik. Semua yang dilakukan mungkin hanya menarik simpati demi ketenaran dan agar disukai masyarakat.

Dalam bercerita tersebut, mungkin dengan penuh dramatik seakan-akan kita betul-betul mengenalnya. Apalagi jikalau para pendengar memperhatikan dengan penuh minat ingin tahu. Perasaan hati kita akan berbunga-bunga, seolah-olah kita kecipratan ikut terkenal, walau hanya di kelompok yang kecil. Mungkin kita akan bingung jika dicecar dengan banyak pertanyaan, diluar pengetahuan kita. Yang berbahaya adalah jika tidak berterus terang, memberi penjelasan yang jangan-jangan kebablasan malah membual.

Demikian juga dengan Allah, banyak orang bercerita mungkin dengan berbusa-busa bahwa sudah mengenal-Nya. Allah yang Mahatinggi dan tak terjangkau digambarkan atau diibaratkan sedemikian rupa, termasuk dimana tempat tinggal-Nya. Tempat Dia bersemayam yang kita kenal dengan istilah sorga, digambarkan bermacam-macam yang mungkin bisa kita bayangkan sesuai pengalaman hidup kita.

Jika ditanya bagaimana jalan ceritanya sehingga bisa berkenalan dengan Allah dan tahu tempat tinggal-Nya, penulis merasa yakin bahwa sebagian besar orang akan berkata bahwa semua itu “katanya.” Mungkin akan berbeda dengan jawaban orang yang merasa pernah disapa oleh Tuhan sendiri.

Mungkin kita ingat bagaimana Filipus berkata agar diperkenalkan dengan Allah Bapa yang di kerajaan sorga. Dan kita juga membaca bagaimana jawaban Tuhan Yesus yang tidak lain adalah Allah Putera. Jika Tuhan Yesus saja tidak dikenal dan tidak dipercaya, apalagi para pengkut-Nya yang hanya bisa bersaksi dan bercerita. Mungkin hanya sentuhan Roh Kudus saja yang bisa merubah seseorang untuk menjadi percaya.

Dari awal sudah dikatakan Tuhan Yesus, bahwa para penganiaya tersebut menyangka telah berbuat bakti kepada Allah. Padahal Allah melalui utusan-Nya selalu mengajarkan kasih dan kasih. Sepuluh perintah Allahpun berisi kasih kepada Allah dan kepada sesama. Menganiaya apa lagi membunuh jelas bertentangan dengan kasih itu sendiri. Terus allah yang bagaimana yang telah merestui perbuatan melawan kasih itu? Paling-paling akan dikemukakan referensi-referensi yang bisa menguatkan perbuatan tersebut.

Dalam permenungan pribadi, penulis lebih sering bingung dan tidak mengerti mengapa selalu terjadi peperangan dan pembunuhan. Apalagi dalam peperangan tersebut semuanya mengaku sebagai pemeluk agama, dan sebagai umat Allah. Dimana kekeliruannya? Penulis pribadi merasa yakin bahwa semuanya pasti melakukan pembenaran diri dengan berbagai alasan. Repotnya kalau sudah memproklamirkan diri sebagai yang paling benar. Hampir tidak ada yang mau menyangkal dirinya sendiri. Mungkin jika dicari akar permasalahan awal, jangan-jangan sebenarnya karena ketersinggungan, keserakahan, ingin diakui keberadaannya, kebencian karena diajarkan, direndahkan dan dijajah dan sebagainya. Semua tidak ada hubungannya dengan ajaran Allah yang Mahakasih, Allah yang Mahapengampun. Kasihan Allah jika Nama-Nya dibawa-bawa hanya untuk keyakinan diri bahwa telah direstui oleh-Nya. Padahal ada ajaran “jangan mengucapkan nama Allah dengan tidak hormat.”

Rasanya akan lebih konyol lagi apabila dikatakan atau diajarkan, menganiaya bahkan membunuh pengikut Kristus upahnya sorga. Mengejar-ngejar pengikut Kristus berarti berbakti kepada Allah. Pertanyaannya, mengapa yang mengatakan atau yang mengajarkan tersebut tidak turun tangan sendiri, kan upahnya sorga. Sorga kan dambaan dan harapan semua orang yang percaya kepada Allah Yang Maha Esa. Jika sorga menjadi dambaan terakhir, mestinya saling berebut melakukan bakti kepada Allah.

Mungkin hal inilah yang harus kita renungkan dan kita resapi, kemudian kita diajar untuk semakin bertekun mendoakan siapapun yang memusuhi kita. Jika kita berdoa Bapa Kami secara pribadi, mungkin setiap bahkan sepotong kalimat yang kita daraskan harus dihayati secara pelan-pelan. Doa Bapa Kami bukan doa yang gampang dan sepele, jika kita konsentrasi dengan sepenuh hati, jiwa dan akal budi kita. Doa pakem tersebut hanya mudah di bibir saja, namun sangat sulit jika melibatkan yang dari dalam hati dan jiwa.

Penulis harus jujur mengakui bahwa berdoa Bapa Kami dan Salam Maria secara pribadi, selalu keluar dari pakem yang ada. Dan rasanya itu sah-sah saja karena memang berat. Pernah suatu ketika dalam doa Bapa Kami sampai di :”Dan ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun ......sedang berusaha mengampuni yang bersalah kepada kami. Maaf Bapa. Dst.” Di lain waktu berubah lagi :”Sebentar Bapa, kami akan mengingat dahulu siapa saja yang pernah menyakiti hati kami. ........... . Ya Bapa, saat ini kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami dst.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar